Minggu, 16 September 2012

Adiputro setra selendang

body setra by adiputro memiliki ciri utama selendang di pinggirnya
selain itu varian dari model ini cukup baanyak mulai dari yang lampunya model boxer sampai model lampu smile, buat pembukaan saya kasih beberapa gambar dari setra



  1. Default

  2. dan ada juga setra selendang limit edition seperti AO B7R ini






  3. ini juga nih...pake foglamp ( bener gak namanya fog lamp ??? )
    setra lampu boxer, generasi awal dari setra selendang









Travego

bus dengan body Travego, ato yang sering disebut juga old Travego karena dalam perkembanganya ada tuh yang di sebut New Travego,dengan ketentuan merupakan body Travego bikinan Adi Putro yang masih Ori ato setidaknya masi menggunakan bentuk muka/HeadLamp yang sama dengan model aslinya yaitu model lampu Mercy sedan, Body ini semakin lama semakin sedikit peredaranya karena banyak yang sudah diganti body maupun di rombak muka/pantatnya.


  1. Punya Ardian Transport

    Laju Prima





  2. Kramat Djati





    Muncul ini

  3. OBL





    Surya Putra


    Putra Remaja





  4. Punya AKAS





    Putra Jaya Utama






  5. 1 lagi..
    Reply With Quote




Apa yg anda ketahui tentang NoPol alias plat nomer…?

FORMAT NOPOL
Umumnya format nopol kendaraan adalah: B XXX YZ
Huruf awal + 4 digit angka + 1, 2 sampai 3 kombinasi karakter
Berhubung banyaknya orang kaya (khususnya Jakarta) kombinasi diatas tidak mencukupi.
Kalau dihitung kombinasinya hanya cukup untuk:
9999 x 26 x 27 = 7.019.298 kendaraan saja, maka ditambahkanlah satu digit kombinasi karakter sehingga menjadi
B XXXX YZQ …..contohnya B6397KUQ
Yg mana kombinasi diatas mencukupi untuk: 9999 x 27 x 27 x 16= 189.521.046 kendaraan.
BIJIMANA CARA BACA NOPOL…?
Huruf awal
Adalah merepresentasikan dimana kendaraan tersebut didaftarkan.  Kode wilayah pendaftaran kendaraan bermotor ditetapkan oleh Peraturan Kapolri Nomor Polisi 4 Tahun 2006 sbb:
Sumatera
* BL = Aceh
* BB = Sumatera Utara bagian Barat (pesisir Barat)
* BK = Sumatera Utara bagian Timur (pesisir Timur)
* BA = Sumatera Barat
* BM = Riau
* BP = Kepulauan Riau
* BG = Sumatera Selatan
* BN = Kepulauan Bangka Belitung
* BE = Lampung
* BD = Bengkulu
* BH = Jambi
Jawa
DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat

* A = Banten: Kabupaten/Kota Serang, Kabupaten Pandeglang, Kota Cilegon, Kabupaten Lebak, sebagian Kabupaten Tangerang
* B = DKI Jakarta, Kabupaten/Kota Tangerang, Kabupaten/Kota Bekasi(B-K**), Kota Depok
* D = Kabupaten/Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat
* E = eks Karesidenan Cirebon: Kabupaten/Kota Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan (E – YA/YB/YC/YD)
* F = eks Karesidenan Bogor: Kabupaten/Kota Bogor, Kabupaten Cianjur, Kabupaten/Kota Sukabumi
* T = Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Karawang, sebagian Kabupaten Bekasi, Kabupaten Subang
* Z = Kabupaten Garut, Kabupaten/Kota Tasikmalaya (Z – H), Kabupaten Sumedang, Kabupaten Ciamis (Z – T/W), Kota Banjar (Z-Y*)[1]
Jawa Tengah dan DI Yogyakarta
* G = eks Karesidenan Pekalongan: Kabupaten (G – B)/Kota Pekalongan (G – A), Kabupaten (G – F)/Kota Tegal (G – E), Kabupaten Brebes, Kabupaten Batang (G – C), Kabupaten Pemalang (G – D)
* H = eks Karesidenan Semarang: Kabupaten/Kota Semarang, Kota Salatiga, Kabupaten Kendal (H – D), Kabupaten Demak
* K = eks Karesidenan Pati: Kabupaten Pati (K – A), Kabupaten Kudus (K – B), Kabupaten Jepara (K – C), Kabupaten Rembang (K – D), Kabupaten Blora (K – E), Kabupaten Grobogan (K – F), Kecamatan Cepu (K – N ; K – Y)
* R = eks Karesidenan Banyumas: Kabupaten Banyumas (R – A/H/S), Kabupaten Cilacap (R – B/K/T), Kabupaten Purbalingga (R – C), Kabupaten Banjarnegara
* AA = eks Karesidenan Kedu: Kabupaten (AA – B) /Kota Magelang (AA – A), Kabupaten Purworejo (AA – C/L/V), Kabupaten Kebumen (AA – D/M), Kabupaten Temanggung (AA – E/N), Kabupaten Wonosobo (AA – F)
* AB = DI Yogyakarta: Kota Yogyakarta (A/H/F), Kabupaten Bantul (B/G), Kabupaten Gunung Kidul (D/W), Kabupaten Sleman (E/N/Y/Q/Z/U), Kabupaten Kulon Progo ©
* AD = eks Karesidenan Surakarta: Kota Surakarta (AD), Kabupaten Sukoharjo (AD – B/K/T), Kabupaten Boyolali (AD – D/M), Kabupaten Sragen (AD – E/N/Y), Kabupaten Karanganyar (AD – F/P), Kabupaten Wonogiri (AD – G/R), Kabupaten Klaten (AD – J/C/L/V)
* contoh : AD1234CB AD1234CK AD1234CT merupakan TNKB dari Kabupaten Sukoharjo.

Jawa Timur

* L = Kota Surabaya
* M = eks Karesidenan Madura: Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Sumenep, Kabupaten Sampang, Kabupaten Bangkalan
* N = eks Karesidenan Malang: Kabupaten (D-J)/Kota Malang(A-C dan E), Kabupaten (L-N,)/Kota Probolinggo (P-R), Kabupaten (S,U)/Kota Pasuruan (V,X), Kabupaten Lumajang (W-Z), Kota Batu (K)
* P = eks Karesidenan Besuki: Kabupaten Bondowoso (A-D), Kabupaten Situbondo (E-H), Kabupaten Jember(P-T), Kabupaten Banyuwangi (U-Z)
* S = eks Karesidenan Bojonegoro: Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten/Kota Mojokerto, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Jombang[2]
* W = Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Gresik[3]
* AE = eks Karesidenan Madiun: Kabupaten/Kota Madiun, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Magetan, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Pacitan
* AG = eks Karesidenan Kediri: Kabupaten (D-J)/Kota Kediri(A-C), Kabupaten(K-L)/Kota Blitar(M-N), Kabupaten Tulungagung(P-T), Kabupaten Nganjuk(U-W), Kabupaten Trenggalek(Y-Z)
Catatan:
1. ^ Daerah dengan kode wilayah Z sebelumnya memiliki kode wilayah D (eks Karesidenan Parahyangan)
2. ^ Jombang memiliki kode wilayah S sejak tahun 2005, sebelumnya memiliki kode wilayah W
3. ^ Daerah dengan kode wilayah W sebelumnya memiliki kode wilayah L (eks Karesidenan Surabaya)
Bali dan Nusa Tenggara
* DK = Bali
* DR = NTB I (Pulau Lombok: Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Lombok Tengah)
* EA = NTB II (Pulau Sumbawa: Kabupaten Sumbawa Barat, Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Dompu, Kabupaten/Kota Bima)
* DH = NTT I (Pulau Timor: Kabupaten/Kota Kupang, Kabupaten TTU, TTS, Kabupaten Rote Ndao)
* EB = NTT II (Pulau Flores dan kepulauan: Kabupaten Manggarai Barat, Kabupaten Manggarai, Kabupaten Ngada, Kabupaten Ende, Kabupaten Sikka, Kabupaten Flores Timur, Kabupaten Lembata, Kabupaten Alor)
* ED = NTT III (Pulau Sumba: Kabupaten Sumba Barat, Kabupaten Sumba Timur)
Kalimantan
* KB = Kalimantan Barat
* DA = Kalimantan Selatan
* KH = Kalimantan Tengah
* KT = Kalimantan Timur
Sulawesi
* DB = Sulawesi Utara Daratan (Kota Manado, Kota Tomohon, Kota Bitung, Kabupaten Bolaang Mongondow, Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Utara, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Tenggara, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan)
* DL = Sulawesi Utara Kepulauan (Kabupaten Kepulauan Sangihe, Kabupaten Kepulauan Talaud, Kabupaten Kepulauan Sitaro)
* DM = Gorontalo
* DN = Sulawesi Tengah
* DT = Sulawesi Tenggara
* DD = Sulawesi Selatan
* DC = Sulawesi Barat
Maluku dan Papua
* DE = Maluku
* DG = Maluku Utara
* DS = Papua dan Papua Barat
Tidak digunakan
* DF = Timor Timur (telah menjadi negara sendiri)
kalau udah paham selanjutnya….adalah
4 DIGIT ANGKA

  • Satu Digit (1 – 9)
    Digunakan oleh kendaraan dinas jajaran kepala daerah, dari Gubernur , Kepala DPRD , Kepala Kejaksaan beserta istri. Pada periode 2004 – 2005, B-1 dan B-2 pernah digunakan sebagai tanda mobil dinas presiden dan wakil presiden. Tapi kemudian pada tahun 2006, mobil dinas presiden kembali menggunakan RI-1, RI-2 dan RI-3, RI-4.
  • Dua Digit (10 – 99)
    Blok dua digit dengan tanpa suffix digunakan oleh kendaraan dinas menteri.
  • JKKK Tiga Digit (100 – 999)
    Digunakan oleh kendaraan sipil yang ingin mendapat nomor pilihan. Pemilihan nomor ini biasanya terkait nomor cantik atau kombinasi yang bisa dibaca, misalnya selebriti Indra Bekti memilih BEGTI(B-367-I), atau kata BIG-GUY (B-166-UY). Kombinasi nomor ini bisa dipesan ke Samsat dengan membayar sejumlah uang.
  • Empat Digit, Dengan Awalan 4, 5, 6
    Digunakan untuk menandai kendaraan bermotor roda dua. Tapi ada juga motor yang yang menggunakan awalan 7. Dulu ada rencana untuk memindahkan motor berawalan 7 (B-7NNN-**) ke berawalan 6 dengan menambah satu karakter lagi di suffix (B-6NNN-N**) tapi dijalan masih sering kita jumpai motor dengan awalan 7.
  • Empat Digit, Dengan Awalan 7
    Blok (B-7KKK-**) dialokasikan untuk kendaraan bis sedang maupun bis besar, baik berpelat hitam, kuning, maupun merah. Dari Isuzu Elf, kopaja, sampai PPD menggunakan alokasi ini. Hanya saja, masih ada motor dan kendaraan kecil pribadi yang menggunakan blok ini.
  • Empat Digit, Dengan Awalan 9
    Blok (B-9KKK-**) ini dialokasikan untuk kendaraan pickup dan truk kecil, sedang, maupun besar baik menggunakan pelat hitam, kuning maupun merah. Dari Suzuki Carry PU, Ford Ranger, Hummer, Truk, Tronton, sampai kontainer menggunakan blok ini.
  • Empat Digit, Dengan Awalan 1, 2, 3, 8
    Blok (B-[1,2,3,8]KKK-**) digunakan oleh kendaraan pribadi. Tapi ada juga kendaraan pribadi yang menggunakan awalan 7 (B-7KKK-**).

KOMBINASI 1,2 bahkan 3 karakter dibelakang artinya apa…?
format: B KKKK XYZ
X= kode wilayah pendaftaran
sori hanya wilayah Jakarta yg ane tahu
U -> Jakarta Utara
B -> Jakarta Barat
P -> Jakarta Pusat
S -> Jakarta Selatan
T -> Jakarta Timur
E -> Depok
N -> Tangerang Selatan / Tangerang Kabupaten (Belum Jelas)
C -> Tangerang Kota
V -> Tangerang Kota
K -> Bekasi (kota)
F -> Bekasi (kabupaten)
W -> Tangerang Selatan / Tangerang Kabupaten (Belum Jelas)
Y=jenis kendaraan
A -> Sedan / Motor
F -> Minibus, Hatchback, City Car
J -> Jip dan SUV
D -> Truk
T -> Taksi
U -> Kendaraan Staf Pemerintah

Z= nomer acak


Misalkan: No pol B-NNNN-PAA ==>
Mobil tersebut terdaftar di Jakarta Pusat (P), berjenis sedan (A), dan memiliki huruf pembeda (A).

Semoga berkenan buat semua
Maaf pertanyaan dan saran harap ke POLDA jangan ke saya.

Perbandingan suspensi belakang MB OF & OH (klasik), OH elektrik dan Hino RK8

Berikut ini saya mencoba membuat perbandingan suspensi (belakang) jenis- jenis bus tersebut bila dilihat secara fisik.
Pegas Daun
MB tetap konsisten dengan model pegas daun yang bagian ujungnya menipis dan ada alur dan tonjolan untuk mempertahankan posisi tumpukan. Untuk OF dan OH (non elektrik) susunan pegasnya mirip, pegas terpanjang hanya satu yang dikaitkan ke anting. Sementara OH1526 ditambahkan dua pegas panjang di bawah pegas paling atas yang terikat ke anting.
Per daun MB OH1526
Per daun MB OH1526
Secara konstruksi susunan pegas 1526 lebih kokoh ketimbang seri OH lama, namun terbukti bantingan 1526 lebih keras dibanding OH lama. Di era OH1113 (doyok) terjadi kasus pegas patah walau umur bus relatif muda, ini membuktikan bahwa ketangguhan suspensi OH lama memang kurang sebagai kompensasi “lembutnya” suspensi.
RK8 menggunakan sistem pegas daun yang sama panjang dalam jumlah sedikit. Gesekan antar pegas hanya terjadi di ujung pegas yang tebalnya sama di seluruh bagian dan tanpa alur. Perkiraan saya susunan pegas ini dirancang untuk GVW maksimum, dengan alasan agar kekuatannya memadai. Akibatnya kalau bobot bus kurang dari GVW bantingan terasa keras, misalnya bila suspensi diset untuk beban 16 ton tapi bobot bus cuma 13 ton.
Per daun Hino RK8
Per daun Hino RK8
Stabilizer
Benda ini sudah jadi standar MB sejak era 70an untuk suspensi depan dan belakang. Benda inilah yang membuat stabilitas MB sangat menonjol dibandingkan bus Jepang. Mungkin pertimbangan stabilitas inilah salah satu yang membuat MB pernah sangat dominan untuk rute Jakarta (Puncak) Bandung, sejak era OF1113 sampai OH klasik.
Mulai OF sampai OH (generasi mesin cat hijau) stabilizer menggunakan batang baja bulat untuk beban torsi (puntiran) murni yang disambung dengan lengan ayun. Mulai generasi OH mesin cat hitam, batang lurus diganti batang lengkung sehingga bebannya tidak lagi torsi murni.
Stabilizer OH lama
Stabilizer OH lama
Stabilizer OH lama2
Stabilizer OH lama
Generasi OH elektrik stabilizer hanya berupa satu batang yang dibengkokkan sebagai lengan ayun dan batang torsi. Stabilizer macam ini sama dengan stabilizer bus Jepang.
Alasan utama penggantian model stabilizer jelas untuk mengurangi biaya.
Stabilizer OH baru
Stabilizer OH baru
Struktur Sasis
Rangka sasis OF dan OH lama memang dirancang pas sesuai GVW yang diinginkan. Strukturnya dibuat liat tidak seperti sasis truk yang sengaja dibuat kaku. Itu sebabnya pada bus OH klasik sering timbul bunyi kriet-kriet yang bukan dari gesekan pegas daun tapi sasis dan bodi yang menggeliat. Bunyi-bunyian yang katanya khas Laksana, saya amati juga terjadi di GMM OH306. Bukti lain bahwa kekuatan sasis dibuat pas adalah hampir semua sasis bus OF atau O306 yang dipakai sebagai bus kota melengkung pada bagian julur belakang. Maklum di bagian tersebut seringkali terjadi penumpukan penumpang, sehingga deformasi yang terjadi tidak lagi elastis tapi plastis.
Rangka sasis yang liat ini tentunya berkontribusi terhadap kelembutan suspensi bila dibandingkan dengan rangka yang lebih rigid (kaku).
Intinya masalah kekurangnyamanan suspensi bus-bus generasi belakangan ini adalah akibat kompromi untuk mengejar kekuatan dan ketangguhan namun di sisi lain juga harus menekan biaya produksi. Jadi kalau ada armada PO tertentu suspensinya terasa lebih nyaman dari pada yang umum, hampir pasti telah dilakukan penyesuaian (minor) terhadap sistem suspensinya.
Terlampir contoh suspensi untuk OF, OH klasik, 1526 dan RK8.
Salam,